Bahasa pada umumnya dipandang penting, tidak saja di karenakan bahasa
membedakan umat manusia dari semua binatang di muka bumi, dikarenakan
baik secara langsung maupun tidak, bahasa menjadikan "organisasi
masyarakat yang beradab" (Muter, 1990 dalam Ma'mur, 2010:3). Dengan
demikian, bahasa mencerminkan tingkat kemajuan suatu peradaban. Dalam
konteks kebangsaan, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu negara
tercermin dari giat atau tidak giatnya budaya literasi (keberaksaraan)
dibangun.
Masa depan Indonesia berkemajuan sangat potensial menjadi
peradaban agung dan mendunia jika teologi kasih dan spirit Al-Maíun
Muhamamdiyah dipahami dan diaktualisasi secara
transformatif-kultural, dari pemahaman formalistis-normatif menuju
pemahaman kritis-transformatif dan kontekstual. Dengan begitu Islam
berkemajuan secara teologis menghendaki integrasi dua model kritik
sekaligus, yaitu kritik teks dan kritik konteks (realitas sosial),
dengan senantiasa merespons perkembangan ipteks (ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni) dan relevansi sosial keumatan. Pada saat yang
sama, umat Islam harus mampu menampilkan diri sebagai ummatan
wasathan (umat tengahan, Islam moderat dan toleran), tidak ekstrem
kanan apalagi ekstrem kiri, tidak anarkistis dan tidak pula
teroristis, toleran tetapi tetap tegas dan teguh pendirian. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/35104
👍👍👍
BalasHapusJaya indonesiaku selalu!
BalasHapus👏
BalasHapus